Pengertian Konflik
Konflik merupakan gejala sosial yang
serba
hadir dalam kehidupan
sosial, sehingga konflik
bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam
setiap ruang dan waktu,
dimana saja dan
kapan
saja.
Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau
arena pertentangan dan integrasi yang
senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi
setiap kehidupan
sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya
konflik dan integrasi
adalah adanya persamaan dan
perbedaan kepentingan sosial.
Di dalam setiap kehidupan
sosial tidak ada satu pun manusia yang
memiliki kesamaan yang
persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak,
tujuan
dan
sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang
dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga
menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya
akar
konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari
model
kekerasan
yang terkecil
hingga peperangan.
Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.[1]
Pada
umumnya istilah konflik
sosial mengandung
suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar
pribadi melalui dari konflik
kelas sampai pada pertentangan
dan peperangan
internasional.
Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan
terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian
kekuasaan dan
sumber-sumber pertentangan
dinetralisir atau
dilangsungkan atau
dieliminir saingannya.[2]
Konflik artinya percekcokan,
perselisihan
dan pertentangan. Sedangkan
konflik sosial yaitu pertentangan antar
anggota atau
masyarakat yang bersifat menyeluruh dikehidupan.[3] Konflik yaitu proses
pencapaian
tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.[4]
Dalam pengertian
lain, konflik adalah merupakan suatu proses
sosial yang
berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok- kelompok yang saling menantang dengan
ancaman
kekerasan.[5]
Menurut lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk
memperoleh
hal-hal yang langka seperti
nilai,
status,
kekuasaan
dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan
tetapi juga untk menundukkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lain dalam proses perebutan
sumber2 kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan
budaya) yang relatif
terbatas.[6]
Dari berbagai pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa
konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang
terjadi antar anggota atau masyarakat
dengan tujuan
untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman
kekerasan.
konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu
pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang
ditandai dengan adanya
sikap saling
mengancam, menekan, hingga
saling
menghancurkan.
Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua
pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap
hal yang sifatnya terbatas.
Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik
itu dilangsungkan
tidak
hanya sekedar
untuk mempertahankan hidup dan eksistensi, akan tetapi juga bertujuan sampai ketaraf pembinasaan eksistensi
orang atau kelompok lain
yang dipandang sebagai
lawan
atau saingannya.
[1] Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta:
Kencana Prenada Media
Group, 2011), hal 345.
[2] Irving M. Zeitlin,
Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998),hal.156
[5] J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal 68.