Cari Blog Ini

Jumat, 02 Desember 2011

Keseriusan Nabi Ketika Mengajar Dan Bahasanya Yang Mudah Dipahami

A. Pendahuluan
Agama Islam adalah agama yang komprehensif. Semua yang berhubungan dengan peraturan untuk menjaga dan mengatur kehidupan manusia telah ditetapkan.
Allah telah memuliakan manusia dengan agama Islam, hingga ia hidup di dunia dengan kehidupan yang mulia dan layak. Dengan agama Islam juga manusia akan bahagia. Sudah pasti, agama islam menuntut pemeluknya untuk berta’abbud kepada Allah, berserah diri di hadapan Allah.
Kehidupannya manusia dituntun oleh seorang guru yang menjadi panutan seluruh umat manusia dimuka bumi ini, yaitu Rasulullah SAW. Beliau adalah suri tauladan dan guru yang harus dicontoh oleh kita semua sebagai generasi penerusnya.
Dalam perjalanannya guru merupakan orang tua kedua bagi murid. Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Dimana peran guru merupakan salah satu komponen penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Namun, siapakah yang pantas menjadi imam atau guru? Bagaimanakah semestinya guru itu mengajar?
Dalam makalah sebelumnya telah dijelaskan oleh pemateri siapa yang pantas menjadi imam dan guru, serta bagaimana guru mengajar yang baik seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Dalam makalah saya ini akan menyambung penjelasan yang telah disampaikan oleh pemateri sebelumnya terkait dengan bagaimana guru mengajar yang baik seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan selanjutnya dipraktekan oleh kita semua sebagai umatnya dan generasi penerus perjuangan Rasulullah SAW dan lebih khusus lagi bagi kita calon tenaga pengajar.
B. Gambaran Umum Teks
Pembahasan kali ini ialah mengenai dalil-dalil tentang keseriusan nabi ketika mengajar dan bahasanya yang mudah dipahami oleh peserta didik, di antaranya ialah :
1. Hadits ‘Aisyah ra. riwayat Abu Daud, tentang sabda Nabi adalah jelas dan mudah dipahami.(Abu Daud IV: 360)
عن عائشة رضي الله عنها قالت كان كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم كلام فصلا يفهمه كل من سمعه
Terjemah :
‘Aisyah ra. Berkata, bahwa perkataan Rasulullah SAW adalah jelas, dapat dipahami oleh siapapun yang mendengarkannya.

Jika dilihat dari bentuknya, hadits ‘Aisyah tersebut sebenarnya hanyalah merupakan pernyataan ‘Aisyah, bukan perkataan Nabi; dengan demikian hadits ini adalah mauquf. Namun, justru dengan adanya pernyataan ‘Aisyah itu membuktikan bahwa sabda Nabi itu memang benar-benar jelas dan mudah dipahami.

2. Berdasarkan riwayat, kejelasan sabda Nabi dikarenakan perkataannya tartil (tertib), demikian hadits menurut Abu Daud. (Abu Daud IV: 360)

سمعت حابر بن عبد الله يقول : كان فى كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم تر تيل او تر سيل

Terjemah :
“ Aku pernah mendengar Jabir bin ‘Abdullah berkata, bahwa pembicaraan Rasululllah bersifat tartil ”

3. Kalimat- kalimatnya disesuaikan dengan pendengarnya. Fadhil al Jamali dalam bukunya (terjemah) Filsafat Pendidikan Islam dalam Alqur’an halaman 72 telah menukil sebuah riwayat yang menyatakan:

“Kami para nabi diperintahkan untuk berbicara dengan manusia, sesuai dengan kemampuan mereka.”
Dari riwayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa para pengajar itu mesti berbicara sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

4. Selain perkataanya yang tartil, kalimat-kalimatnya sering diulang sampai tiga kali, demikian menurut hadits riwayat al Bukhori. (al Kirmany II: 85-86)

عن انس رضى الله عنه قال ان النبى صلى الله عليه وسلم كان اذا تكلم بكلمه اعادها ثلاثا تفهم عنه واذا أتى على قوم مسلم عليهم سلم ثلاثا

Terjemah :
Anas berkata, adalah Nabi SAW jika berkata diulang-ulang tiga kali supaya dimengerti dari padanya, juga jika ia datang pada suatu kaum, memberi salam tiga kali.

5. Al Kirmany II: 78
حدثنا أبو القاسم خالد بن قاضي حمص، قال: حدثنا محمد بن حسرب، قال: الأوزاعى، أخبرنا الزهري، عن عبيد الله بن عبد الله بن عتبة بن مسعود. عن ابى عباس، أنه تمارى هو، والحر بن قيس بن حصن الفزاري في صاحب موسى، فمر بهما أبي بن كعب، فدعاه ابن عباس، فقال: إني تماريت أنا، وصاحبي هذافي صاخب موسى الذي سأل السبيل إلى القيه، هل سمعت رسول الله صلى الله عليع وسلم يذكر شأنة؟ فقال أبي: نعم، سمعت النبى صلى الله عليه وسلم يذكر شأنه، يقول: بينما موسى في ملا من بني إسرائيل إذ جاءه رجل، فقال: اتعلم أحدا اعلم منك، قال موسة: لا، فأوحى الله عز، وجل إلى موسى: بلى عبدنا خضر، فسأل السبيل إلى لقية، فجعل الله له الحوت اية، وقيل له: إذا فقدت الحوت فارجع فإنك ستلقاه، فكان موسى صلى الله عليه يتبع أثر الحوت في البحر، فقال قتى موسى لموسى: أرأيت إذ أويناإلى الصحرة، فإني نسيت الحوت، وما أنسانيه إلا الشيطان أن اذكره، قال موسى: ذلك ماكنا نبغى، فارتدا على اثارهما قصصا فوجدا خضرا، فكان من شأنهما ما قص الله في كتابه

6. Al Kirmany II: 79
خدثنا محمد بن العلاء، قال: حدثنا حماد بن أسامة، عن بريد بن عبد الله، عن أبي عن أبي بردة، عن أبي موسى، عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: مثل ما بعثنى الله به من الهدى، والعلم، كمثل الغيث الكثير أصاب أرضا فكان منها نقية قبلت الماء، فأنيتت الكلأ، والعشب الكثير، وكانت منها أجادب أمسكت الماء، فتفع الله بها الناس فشربوا، وسقوا، وزرعوا، واضابت منها طائفة أخرى إنما هي قيعان لا تمسك ماء، ولا تنبت كلا، فذلك مثل من فقه في دين الله، ونفعه مابعننى الله به فعلم، ومثل من لم يرفع بذلك هدى الله الذي أرسلت به، قال أبوعبد الله: قال إسحاق: وكان منها طائفة قيلت الماء قاع بعلوه الماء، والصفصف المستوي من الأرض


C. Nilai-nilai dalam hadits
Dari hadits di atas dapat ditarik garis bawah bahwa guru hendaklah serius dalam mengajar, berbicara tertib, jelas dan sesuai dengan kemampuan peserta didik, kalau perlu tidak mengapa jika guru mengulang-ulang penjelasannya.
Dari beberapa hadits di atas menyebutkan pernyataan-pernyataan para sahabat-sahabat Nabi yang itu menunjukan bahwa Nabi itu menyampaikan sabdanya dengan jelas. Bila sahabat belum paham dengan apa yang disampaikan Nabi, beliau mengulanginya sampai sahabat paham. Kejelasan Nabi dalam menyampaikan sabda itu juga menunjukan bahwa Nabi itu serius dalam menyampaikannya.
Dalam materi sebelumnya telah disebutkan beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki seorang guru di antaranya yaitu bersifat kasih kepada anak didik yang mana sikap kasih ini didasari rasa kekeluargaan. Dengan terbentuknya ikatan emosional antar guru dan peserta didik ini akan mempermudah dalam interaksi dalam belajar. Murid tidak merasa takut kepada guru dan guru lebih gampang menyampaikan materi.

D. kontekstualisasi
Guru sebagai narasumber pelajaran, yang salah satu diantara tugasnya ialah mentransfer ilmu kepada peserta didik, hendaknya ketika mengajar selain menggunakan bahasa yang jelas, tertib, dan sistematis guru hendaknya mengulangi penjelasannya sehingga jika peserta didik kurang jelas terhadap penjelasan yang pertama, peserta didik dapat mendengarkan pada penjelasan yang ke dua atau yang ke tiga kalinya. Sehingga dengan begitu penjelasan guru mudah diterima dan diingat oleh peserta didik.
Seorang guru hendaknya memperhatikan tempat ia mengajar, apakah di desa atau dikota. Selain itu juga ketika mengajar guru harus memperhatikan jenjang pendidikan peserta didik, seperti halnya jenjang SD, SMP, SMA, atau perguruan tinggi. Peserta didik yang tinggal di desa dan di kota cara berfikirnya jelas berbeda karena lingkungan sosial yang berbeda. Peserta didik SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi cara berfikirnya juga berbeda karena faktor umur, pengalaman, dan pelajaran yang berbeda pada mereka.
Jika seorang guru dalam mengajar dapat dan mau mengambil serta menjalankan pelajaran dari hadits diatas ini menunjukan keseriusannya dalam mengajar. Dengan begitu guru mengajar semata-mata bukan karena profesi atau jabatanya melainkan guru sadar akan kewajibannya yaitu mentransfer atau memberikan ilmu kepada peserta didiknya dengan penuh keseriusan dan keikhlasan.
Tugas dan peran guru merupakan salah satu dari kewajiban sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini penting karena guru merupakan orang tua kedua setelah keluarga yang memiliki beberapa peranan dalam menuju anak didik yang memiliki kepribadian yang baik bisa meneruskan perjuangan suatu bangsa yang berkepribadian dan berkeadaban yang tinggi dan bisa bersaing di dunia pendidikan baik lokal, nasional maupun internasional.
Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidk dengan mengajar, yaitu dengan metode ceramah. Dalam menyampaikan ceramah guru harus menggunakan suara yang jelas, mudah dipahami, sesuai kemampuan peserta didik. Tidak mengapa jika guru menjelaskan secara berulang-ulang sampai siswa paham. Dalam mengajar juga guru hendaklah serius dalam menyampaikan materi.
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti (1) Takwa kepada Allah SWT, (2) Berilmu, (3) Sehat Jasmani, dan (4) Berkelakuan baik.
Sedangkan Soejono menyatakan bahwa syarat guru adalah (1) tentang umur, harus sudah dewasa, (2) Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani, (3) Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli, (4) Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.
Itulah beberapa hal yang telah dipaparkan terkait dengan guru itu seperti apa dan harus bagaimana ia menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar yang mampu menciptakan generasi muda penerus perjuangan bangsa yang akan maju digarda depan memajukan bumi pertiwi Indonesia Raya ini.





E. Kesimpulan
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Dimana peran guru merupakan salah satu komponen penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam mengajar guru mesti menggunakan strategi yang tepat dalam menyampaikan materi sehingga materi mampu diterima oleh peserta didik secara maksimal.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus memperhatikan latar belakang peserta didik. Bagaimana kehidupanya sehari-hari, apakah dia selalu bermain dengan temannya atau dia lebih senang sendiri. Karena pergaulan peserta didik itu sangat berpengaruh dalam proses belajar. Bila peserta didik itu tidak pemalu,tetapi pemberani itu akan sangat membantu dalam perkembangannyta.
Hadits diatas merupakan dalil bahwa guru hendaklah serius dalam mengajar, berbicara tertib, jelas dan sesuai dengan kemampuan peserta didik, kalau perlu tidak mengapa jika guru mengulang-ulang penjelasannya. Dengan sikap dan sifat guru yang serius, tegas, berbicara jelas dan mudah dipahami akan sangat membantu peserta didik dalam belajar. Ditambah lagi dengan lingkungan yang kondusif akan mempercepat tersampainya materi dari guru ke peserta didik.
Jika seorang guru dalam mengajar dapat dan mau mengambil serta menjalankan pelajaran dari hadits diatas ini menunjukan keseriusannya dalam mengajar. Dengan begitu guru mengajar semata-mata bukan karena profesi atau jabatanya melainkan guru sadar akan kewajibannya yaitu mentransfer atau memberikan ilmu kepada peserta didiknya dengan penuh keseriusan dan keikhlasan.



Daftar Pustaka
Roqib, Muh. & Nurfuadi. Kepribadian guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009.
Cece Wijaya, dkk. Upaya Pembaharuan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
Al Kirmany; Al Bukhori bi Syarhil Kirmani, Darul Ihyak at Tauots al ‘Arobi Bairut, cet. II, 1377 H./ 1981 M.
M. Dailamy. Hadits-hadits tentang pendidikan, Purwokerto, tt.
Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Imam Abdullah, Shohih Bukhari, Semarang: CV. Asy Syifa, 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar