Cari Blog Ini

Jumat, 13 April 2012

Contoh Udangan/ Uleman


Taman Surga, 30 Maret 2012

Katur dhumateng Bpk./Ibu/Sdr.
Abu Abdillah Al Hazh
Wonten ing Dusun telaga Kasih Sayang

Bismillahirrohmaanirrohim
Assalaamu 'alaikum Wr. Wb.

Nuwun. Hawiyosipun serat punika sesulihing badan kawula sowan wonten ing ngarsa panjenengan sekaliyan. Mbok bilih Gusti Allah SWT hangganjar wilujeng ing samudayanipun, kula sebrayat badhe hanggadhahi niat ningkahaken yoga kula ingkang nami,

Fatimah Az Zahra
binti Abdullah

pikantuk,

Muhammad Yusuf Al Aziz
bin Luqmanul Hakim

Ugi hangajab rawuhipun para sutresna, hangestreni khajat nikah ingkang bade rinakit mbenjang ing,
Dinten                          : Kamis Wage
Surya kaping                 : 5 April 2012
Wanci                           : Tabuh 11:00 wekdal iring kilen ~ sak bibaripun.
Panggenan                     : Istana Bunga, Gang Melati, Desa Taman Surga

Mbok menawi panjenengan sekaliyan wonten dhanganing penggalih sarta mboten pikantuk alangan sak tunggal punapa, kula aturi anyekseni lan angrawuhi khajat lan niat kula kasebat.

Awit saking rawuhipun para sutresna, keparenga kula nelak aken agunging panuwun. Cekap semanten atur serat ulem punika. Tuhu langgeng trisno.

Wassalaamu 'alaikum Wr. Wb.

Atur Taklim Kula,
Kulawarga Bapak lan Ibu SUDARMADJI (Pacitan)
Kulawarga Bapak lan Ibu SUWADJININGRAT (Ngayogyakarta)
DEVIE & DANANG





Taman Surga, 30 Maret 2012

Katur dhumateng Bpk./Ibu/Sdr.
Abu Abdillah Al Hazh
Wonten ing Dusun telaga Kasih Sayang

Bismillahirohmaanirrohim

Assalaamu 'alaikum Wr. Wb.

Kairing Sagunging Pakurmatan.
Nuwun. Sesarengan kalian serat menika kula nyaosi pirsa, mugi Gusti Allah SWT tansah hangganjar kawilujengan ing samudayanipun. Kula badhe hanggadhahi khajat hangemah-emahaken yoga kula estri ingkang nami, PUTRI INDRASWARI DEVIE badhe kadhaupaken kaliyan nak mas ANGGER DANANG WISNU DARPITO putra kakungipun Bapak SUWADJININGRAT saking Nyamplung, Ambar Ketawang, Gamping, Sleman, NGAYOGYAKARTA. Menggah ijab kabulipun badhe kaangkah ing,

Dinten                          : Minggu Kliwon
Surya kaping                : 19 September 2010
Wanci                          : tabuh 09:00 wekdal iring kilen.
Panggenan                    : Masjid Besar Al-Akbar Kabupaten PACITAN

Ingkang menika, menawi sepen ing sedaya reribetan saha dhangan ing penggalih, keparenga kula ngaturi rawuh panjenengan sekaliyan ing pahargyan dhauping pinanganten mbenjang,

Dinten                          : Minggu Kliwon
Surya kaping                : 19 September 2010
Wanci                          : tabuh 11:00 wekdal iring kilen ~ sak bibaripun
Panggenan                    : Gedung Graha Bhayangkara Kabupaten PACITAN

Saperlu hangestreni saha paring donga pangestu dhumateng pinanganten kekalih sumrambah ing sedayanipun.

Mekaten atur kula, awit rawuh saha paring donga pangestunipun Bapak Ibu sekaliyan, kula ngaturaken agunging panuwun.

Matur nuwun.

Wassalaamu 'alaikum Wr. Wb.

Atur taklim kula,



Bpk. SUDARMADJI sakluarga.

AHLUS SUNNAH TAAT KEPADA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN


Oleh: Haerul Anam 
Di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah wajibnya taat kepada pemimpin kaum Muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiyatan, meskipun mereka berbuat zhalim. Karena mentaati mereka termasuk dalam ketaatan kepada Allah, dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib. 
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala "Artinya : Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian"[An-Nisaa : 59] Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. "Artinya : Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiyat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan” [1] Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. "Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” [2] Apabila mereka memerintahkan perbuatan maksiyat, saat itulah kita dilarang untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya. 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Artinya : …Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam...“ [3] Ahlus Sunnah memandang bahwa maksiat kepada seorang amir (pemimpin) yang muslim merupakan perbuatan maksiat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Artinya : Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.” [4] Imam al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abi al-‘Izz ad-Dimasqy (terkenal dengan Ibnu Abil ‘Izz wafat th. 792 H) rahimahullah berkata: “Hukum mentaati ulil amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman penguasa itu sendiri. 
Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah Azza wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampunan, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan musibah apa saja yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaaf-kan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan).” [Asy-Syuraa: 30] Allah Azza wa Jalla juga berfirman. “Artinya : Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan"[Al-An’aam: 129] Apabila rakyat ingin selamat dari kezhaliman pemimpin mereka, hendaknya mereka meninggalkan kezhaliman itu juga.” [5] Syaikh al-Albani rahimahulah berkata: “Penjelasan di atas sebagai jalan selamat dari kezhaliman para penguasa yang ‘warna kulit mereka sama dengan kulit kita, berbicara sama dengan lisan kita’ karena itu agar umat Islam selamat: [1]. Hendaklah kaum Muslimin bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala [2]. Hendaklah mereka memperbaiki ‘aqidah mereka. [3]. Hendaklah mereka mendidik diri dan keluarganya di atas Islam yang benar sebagai penerapan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. "Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d: 11] Ada seorang da’i berkata: "Tegakkanlah negara Islam di dalam hatimu, niscaya akan tegak Islam di negaramu.” Untuk menghindarkan diri dari kezhaliman penguasa bukan dengan cara menurut sangkaan sebagian orang, yaitu dengan memberontak, mengangkat senjata ataupun dengan cara kudeta, karena yang demikian itu termasuk bid’ah dan menyalahi nash-nash syari’at yang memerintahkan untuk merubah diri kita lebih dahulu. Karena itu harus ada perbaikan kaidah dalam pembinaan, dan pasti Allah menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. "Artinya : ... Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa"[Al-Hajj: 40] [6] Ahlus Sunnah wal Jama’ah menganjurkan agar menasihati ulil amri dengan cara yang baik serta mendo’akan amir yang fasiq agar diberi petunjuk untuk melaksanakan kebaikan dan istiqamah di atas kebaikan, karena baiknya mereka bermanfaat untuk ia dan rakyatnya. Imam al-Barbahari (wafat tahun 329 H) rahimahullah dalam kitabnya, Syarhus Sunnah berkata: “Jika engkau melihat seseorang mendo’akan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu, namun jika engkau melihat seseorang mendo’akan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk Ahlus Sunnah, insya Allah.” Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Jikalau aku mempunyai do’a yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.” Ia ditanya: “Wahai Abu ‘Ali jelaskan maksud ucapan tersebut?” Beliau berkata: “Apabila do’a itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih hanya bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya.” 
Kita diperintahkan untuk mendo’akan mereka dengan kebaikan bukan keburukan meskipun ia seorang pemimpin yang zhalim lagi jahat karena kezhaliman dan kejahatan akan kembali kepada diri mereka sendiri sementara apabila mereka baik, maka mereka dan seluruh kaum Muslimin akan merasakan manfaat dari do’anya.” [6]
Foote Note
[1]. HR. Al-Bukhari (no. 4340, 7257), Muslim (no. 1840), Abu Dawud (no. 2625), an-Nasa'i (VII/159-160), Ahmad (I/94), dari Sahabat ‘Ali Radhiyallahu 'anhu. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (1/351 no. 181) oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah. 
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 2955, 7144), Muslim (no. 1839), at-Tirmidzi (no. 1707), Ibnu Majah (no. 2864), an-Nasa'i (VII/160), Ahmad (II/17, 142) dari Sahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma. Lafazh ini adalah lafazh Muslim. 
[3]. HR. Ahmad (IV/126,127, Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205) dan al-Hakim (I/95-96), dari Sahabat ‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lafazh ini milik al-Hakim.
[4]. HR. Al-Bukhari (no. 7137), Muslim (no. 1835 (33)), Ibnu Majah (no. 2859) dan an-Nasa'i (VII/154), Ahmad (II/252-253, 270, 313, 511), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (X/41, no. 2450-2451), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. 
[5]. Lihat Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 543) takhrij dan ta’liq Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdul Muhsin at-Turki. 
[6]. Lihat Syarhus Sunnah (no. 136), oleh Imam al-Barbahary.

AHLUS SUNNAH TAAT KEPADA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN

Oleh Haerul anam Di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah wajibnya taat kepada pemimpin kaum Muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiyatan, meskipun mereka berbuat zhalim. Karena mentaati mereka termasuk dalam ketaatan kepada Allah, dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala "Artinya : Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian"[An-Nisaa : 59] Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. "Artinya : Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiyat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan” [1] Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. "Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” [2] Apabila mereka memerintahkan perbuatan maksiyat, saat itulah kita dilarang untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Artinya : …Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam...“ [3] Ahlus Sunnah memandang bahwa maksiat kepada seorang amir (pemimpin) yang muslim merupakan perbuatan maksiat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Artinya : Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.” [4] Imam al-Qadhi ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abi al-‘Izz ad-Dimasqy (terkenal dengan Ibnu Abil ‘Izz wafat th. 792 H) rahimahullah berkata: “Hukum mentaati ulil amri adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) meskipun mereka berbuat zhalim, karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman penguasa itu sendiri. Bahkan bersabar terhadap kezhaliman mereka dapat melebur dosa-dosa dan dapat melipatgandakan pahala. Karena Allah Azza wa Jalla tak akan menguasakan mereka atas diri kita melainkan disebabkan kerusakan amal perbuatan kita juga. Ganjaran itu bergantung pada amal perbuatan. Maka hendaklah kita bersungguh-sungguh memohon ampunan, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan musibah apa saja yang menimpamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaaf-kan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan).” [Asy-Syuraa: 30] Allah Azza wa Jalla juga berfirman. “Artinya : Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan"[Al-An’aam: 129] Apabila rakyat ingin selamat dari kezhaliman pemimpin mereka, hendaknya mereka meninggalkan kezhaliman itu juga.” [5] Syaikh al-Albani rahimahulah berkata: “Penjelasan di atas sebagai jalan selamat dari kezhaliman para penguasa yang ‘warna kulit mereka sama dengan kulit kita, berbicara sama dengan lisan kita’ karena itu agar umat Islam selamat: [1]. Hendaklah kaum Muslimin bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala [2]. Hendaklah mereka memperbaiki ‘aqidah mereka. [3]. Hendaklah mereka mendidik diri dan keluarganya di atas Islam yang benar sebagai penerapan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. "Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d: 11] Ada seorang da’i berkata: "Tegakkanlah negara Islam di dalam hatimu, niscaya akan tegak Islam di negaramu.” Untuk menghindarkan diri dari kezhaliman penguasa bukan dengan cara menurut sangkaan sebagian orang, yaitu dengan memberontak, mengangkat senjata ataupun dengan cara kudeta, karena yang demikian itu termasuk bid’ah dan menyalahi nash-nash syari’at yang memerintahkan untuk merubah diri kita lebih dahulu. Karena itu harus ada perbaikan kaidah dalam pembinaan, dan pasti Allah menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. "Artinya : ... Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa"[Al-Hajj: 40] [6] Ahlus Sunnah wal Jama’ah menganjurkan agar menasihati ulil amri dengan cara yang baik serta mendo’akan amir yang fasiq agar diberi petunjuk untuk melaksanakan kebaikan dan istiqamah di atas kebaikan, karena baiknya mereka bermanfaat untuk ia dan rakyatnya. Imam al-Barbahari (wafat tahun 329 H) rahimahullah dalam kitabnya, Syarhus Sunnah berkata: “Jika engkau melihat seseorang mendo’akan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk salah satu pengikut hawa nafsu, namun jika engkau melihat seseorang mendo’akan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk Ahlus Sunnah, insya Allah.” Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Jikalau aku mempunyai do’a yang baik yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.” Ia ditanya: “Wahai Abu ‘Ali jelaskan maksud ucapan tersebut?” Beliau berkata: “Apabila do’a itu hanya aku tujukan bagi diriku, tidak lebih hanya bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan ternyata para pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan manfaat dan kebaikannya.” Kita diperintahkan untuk mendo’akan mereka dengan kebaikan bukan keburukan meskipun ia seorang pemimpin yang zhalim lagi jahat karena kezhaliman dan kejahatan akan kembali kepada diri mereka sendiri sementara apabila mereka baik, maka mereka dan seluruh kaum Muslimin akan merasakan manfaat dari do’anya.” [6] [Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam ASy-Safi'i, Cetakan Ketiga. PO Box 7803/JACC 13340 Foote Note [1]. HR. Al-Bukhari (no. 4340, 7257), Muslim (no. 1840), Abu Dawud (no. 2625), an-Nasa'i (VII/159-160), Ahmad (I/94), dari Sahabat ‘Ali Radhiyallahu 'anhu. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (1/351 no. 181) oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah. [2]. HR. Al-Bukhari (no. 2955, 7144), Muslim (no. 1839), at-Tirmidzi (no. 1707), Ibnu Majah (no. 2864), an-Nasa'i (VII/160), Ahmad (II/17, 142) dari Sahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma. Lafazh ini adalah lafazh Muslim. [3]. HR. Ahmad (IV/126,127, Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimi (I/44), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/205) dan al-Hakim (I/95-96), dari Sahabat ‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lafazh ini milik al-Hakim. [4]. HR. Al-Bukhari (no. 7137), Muslim (no. 1835 (33)), Ibnu Majah (no. 2859) dan an-Nasa'i (VII/154), Ahmad (II/252-253, 270, 313, 511), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (X/41, no. 2450-2451), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. [5]. Lihat Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 543) takhrij dan ta’liq Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdul Muhsin at-Turki. [6]. Lihat Syarhus Sunnah (no. 136), oleh Imam al-Barbahary.

Kamis, 12 April 2012

strategi pembelajaran inkuiri

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tujuan dari pendidikan itu sendiri ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan diatas diperlukan beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya yaitu strategi pembelajaran dalam mendidik peserta didik. Strategi pembelajaran itu sendiri sangatlah banyak, namun yang akan kami bahas dalam makalah ini ialah strategi pembelajaran inkuiri Strategi pembelajaran inkuiri ini merupakan strategi pembelajaran yang yang menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing untuk siswa. Strategi pembelajaran ini berangkat dari asumsi bahwa manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu yang bisa diindra. Demikian tadi sedikit penggambaran dari strategi ini yang bisa digambarkan, adapun penjelasan lebih lanjut bisa dibaca dipembahasan. Dalam makalah ini yang akan kami bahas ialah pengertian, cirri-ciri, prinsip-prinsip, langkah-langkah, keunggulan, dan kelemahan dari strategi pembelajaran inkuiri. PEMBAHASAN A. Pengertian Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Hamalik (2001:63) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan inkuiri (inkuiri based teaching) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digaruskan secara jelas. Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi. Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah. Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain. B. Ciri-ciri Strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa dipahami, diantaranya: 1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. 3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. C. Prinsip-prinsip Dalam pelaksanaanya, strategi pembelajaran inkuiri harus berpegang pada prinsip-prinsip yang telah ditentukan sehingga pembelajaran akan berjalan lancar dan sesuai tujuan. Adapun prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri: a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan ber-pikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi ke-pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. b) Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik inter-aksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. c) Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. d) Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan po-tensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan peng-gunaan otak secara maksimal. e) Prinsip Keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenar-annya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya. D. Langkah-langkah Sesuai dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri adalah: a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan Mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangatdipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasanakan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran in-kuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting da-lam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya me-merlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tu-gas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-perta-nyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidak gairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pe-ngumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencar itingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. E. Keunggulan dan kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1. Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2. Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3. Startegi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya: 1. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan definisi-definisi para pakar pendidikan, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain. Strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa dipahami, diantaranya: • Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. • aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).. • Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Adapun prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri: 1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual 2) Prinsip Interaksi 3) Prinsip Bertanya 4) Prinsip Belajar untuk Berpikir 5) Prinsip Keterbukaan Sesuai dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri adalah:  Orientasi  Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.  Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.  Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.  Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.  Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri, di antaranya:  Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.  Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.  Startegi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.  Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya:  Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.Strategi ini sulit dalam  merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.  Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.  Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Daftar Pustaka Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdikbud. (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdikbud. Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru. Joyce, B. & M. Weil. (1980). Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon. Lyons, J. (1995). Introduction to Theoretical Linguistics. New York: Melbourne. Mulyono, I. (1999). ‘Struktur Pasif Pesona Bahan Ajar Keterampilan Berbicara bagi Pembelajar Penutur Asing Level Lanjut (Advanced)’ dalam Makalah KIPBIPA IV. Bandung: IKIP Bandung. Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Parera, J.D. (1997). Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Erlangga. Ramlan, M. (1996). Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rusyana, Y. & Samsuri. (1976). Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sakri, A. (1995). Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB. Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company. Suparman, H. et.al. (1990). Relevansi Buku Teks Bahasa Indonesia dengan Buku Teks Bidang Studi Lain Kelas III SD Laboratorium Unud Singaraja. Laporan Penelitian Universitas Udayana. Syamsuddin, A.R. (1999). Studi Wacana: Kajian Linguistik Komprehensif. Bandung: IKIP Bandung. Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Melbourne: Merill Publishing Company.

Resume Kepemimpinan dalam pendidikan

A. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan menurut Amitai Etzioni adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat/watak seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normative. Menurut James Lipham, Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi. Sedangkan menurut Ralph M. Stogdill Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Demikian beberapa definisi tentang kepemimpinan yang masing-masing tokoh berbeda pendapat tentang pengertian dari kepemimpinan tersebut, namun menurut saya bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang pemimpin memimpin organisasi yang dia pimpin. Kepemimpinan yang dia lakukan bisa baik dan juga bisa kurang baik. Menurut fred E. Fiedler, pemimpin ialah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengoordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok. Kepemimpinan dalam organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengaruh (influential increment) terhadap dan di atas pelaksanaan mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu organisasi. Kepemimpinan terjadi di dalam kelompokdua orang atau lebih, dan pada umumnya melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok. B. Pendekatan-pendekatan Kepemimpinan Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan terkait dengan kepemimpinan, diantaranya sebagai berikut : 1. Pendekatan sifat Keberhasilan atau kegagalan seseorang banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi si pemimpin tersebut. Sifat-sifat itu ada karena pembawaan atau keturunan. Jadi,menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. 2. Pendekatan perilaku Pendekatan prilaku (behavioral appoach) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut. Sikap dan gaya kepemimpianan itu tampak dalam kegiatannya sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberikan perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan, dan sebagainya. 3. Pendekatan kontingensi/ situasional Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh prilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap-tiap organisasi atau lembaga memiliki cirri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenis pun akan mengahadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat dan watak bawahan yang berbeda, situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan prilaku kepemimpin yang berbeda pula. 4. Pendekatan kepemimpinan path goal Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada bagaimana sosok pemimpin tersebut, apakah berwibawa atau tidak. 5. Pendekatan siklus kehidupan Siklus kehidupan merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi suatu kepemimpinan. Siklus kehidupan yang damai stabil akan menciptakan pemimpin yang tenang dan ramah. Berbeda jika suasana yang kurang baik. C. Model-model Kepemimpinan Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi akan melahirkan banyak model kepemimpinan. Beberapa model kepemimpinan yang akan diutarakan di sini adalah model kepemimpinan kontingensi Fielder, model kepemimpinan tiga dimensi, dan kepemimpinan lima faktor. 1. Model kepemimpinan kontingensi Fielder Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Fred E. Fielder. Dia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh suatu gaya kepemimpinan yang diterapkannya. Dengan kata lain, tidak ada seorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi. Seorang pemimpin cenderung akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berbeda. 2. Model kepemimpinan tiga dimensi Pendekatan atau model kepemimpinan ini dikemukakan oleh William J. Reddin. Model ini dinamakan Tree-dimensional-model karena dalam pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yang disebutnya gaya dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif menjadi satu kesatuan. 3. Model kontinum berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Pengembangan model kepemimpinan ini adalah Vroom dan Yetton. Keduanya berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan. Dua macam kondisi ialah: (1) tingkat keefektifan teknis di antara para bawahan dan (2) tingkat motivasi serta dukungan para bawahan. D. Tipe atau gaya kepemimpinan Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok, atau dapat disebut ekstrim ada lima, yaitu (1) Otokratis, (2) Militeristis, (3) Paternalistis, (4) Karismatis, dan (5) Demokratis. 1) Kepemimpinan yang otokratis Seorang pemimpin yang otokratis: a) Menganggap orang yang dipimpinnya sebagai milik pribadi. b) Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. c) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata. d) Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik dari anggotanya. e) Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya. f) Caranya menggerakan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan/ menghukum. 2) Militeristis Seorang pemimpin yang militeristis memiliki sifat-sifat: a) Dalam menggerakan bawahan sering menggunakan cara perintah. b) Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat/ jabatannya. c) Senang kepada formalitas yang berlebihan. d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada bawahan. e) Sukar menerima kritikan atau saran dari bawahannya. f) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. 3) Paternalistis Seorang pemimpin yang paternalistis; a) Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa. b) Bersifat terlalu melindungi (overprotective) c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan. d) Hamper tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif sendiri. e) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kreasi dan fantasinya. f) Sering bersikap mahatahu. 4) Karismatis Ciri-ciri seorang pemimpin yang karismatis: a) Mempunyai daya tarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut yang besar jumlahnya. b) Pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu. c) Dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib (superanatural power). d) Karisma yang dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan si pemimpin. 5) Demokratis Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat: a) Dalam menggerakan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu mahluk yang termulia di dunia. b) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan da tujuan organisasi dengan kepentingandari tujuan pribadi bawahan. c) Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan. d) Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan. e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan, dan membimbingnya. f) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses daripada dirinya. g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. E. Sifat-sifat pemimpin Elsbree dan Reutter mengemukakan syarat-syarat bagi seorang pemimpin pendidikan yang baik seharusnya memiliki: 1) Sifat-sifat personal dan social yang baik, 2) Kecakapan intelektual, 3) Latar belakang pengetahuan yang sesuai, 4) Filsafat pendidikan dan bimbingan, 5) Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik-teknik mengajar, 6) pengalaman professional dan nonprofessional, 7) potensi untuk mengembangkan profesinya, dan 8) kesehatan fisik dan mental. Beberapa sifat-sifat pemimpin yang baik menurut para tokoh yang lain, diantaranya ialah: 1) Rendah hati dan sederhana, 2) Bersifat suka menolong, 3) Sabar dan memiliki kestabilan emosi, 4) Percaya pada diri sendiri, 5) Jujur, adil, dan dapat dipercaya, 6) Keahlian dalam jabatan. F. Kepala dan pemimpin Kepala dan pemimpin sebenarnya merupakan dua pengertian yang tidak identik. Keduanya ada persamaan dan perbedaanya. Persamaannya ialah keduanya sama-sama menghadapi/ mengepalai kelompok dan bertanggung jawab atas yang dipimpin/dikepalainya. Sedangkan perbedaan keduanya ialah: 1) kepala bertindak sebagai penguasa, sedangkan pemimpin bertindak sebagai organisator dan coordinator, 2) kepala bertanggung jawab terhadap pihak ketiga, atasnya, pemimpin bertanggung jawab terhadap kelompok yang dipimpinnya, 3) kepala tidak selalu merupakan bagian dari kelompok, sedangkan pemimpin merupakan bagian dari kelompok, 4) kekuasaan kepala biasanya berasal dari peraturan-peraturan atau dari pihak ketiga, sedangkan kekuasaan pemimpin berasal dari kepercayaan anak buah/kelompoknya, 5) kelompok/anak buah seorang kepala biasanya bukan atas kemauan sendiri, melainkan ditunjuk oleh peraturan-peraturan (karena ada pengangkatan seorang ketua dari pihak ketiga), sedangkan pemimpin diangkat oleh anggota-anggotanya dan dianggap anggota dari kelompoknya. G. Peranan seorang pemimpin Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang baik dapat disimpulkan menjadi 13 macam: a) Sebagai pelaksana (executive) Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak sendiri terhadapkelompoknya. Ia harus menjalankan/memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama. b) Sebagai perencana (planner) Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan secara sembarangan, tetapi segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan. c) Sebagai seorang ahli (expert) Ia haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang dipegangnya. d) Mewakili kelompok Ia harus menyadari bahwa baik buruk tindakanya di luar kelompoknya mencerminkan baik buruk kelompok yang dipimpinnya. e) Mengawasi hubungan antaranggota kelompok Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan, dan berusaha membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat bekerja kelompok. f) Bertindak sebagai pemberi ganjaran /pujian dan hukuman. Ia harus dapat membesarkan hati anggota-anggotanya yang giat bekerja dan banyak sumbangannya terhadap kelompoknya, dan berani pula menghukum anggota yang berbuat merugikan kelompoknya. g) Bertindak sebagai wasit dan penengah Dalam menyelesaikan perselisihan ataupun menerima pengaduan di antara anggota-anggotanya, ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih ataupun mementingkan salah satu golongan. h) Merupakan bagian dari kelompok Pemimpin bukanlah seorang yang berdiri di luar atau di atas kelompoknya. Ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya. Dengan demikian, segala tindakan dan usahanya hendaklah dilakukan demi tujuan kelompoknya. i) Merupakan lambang kelompok Sebagai lambang kelompok, ia hendaknya menyadari bahwa baik-buruknya kelompok yang dipimpin nya tercermin pada dirinya. j) Pemegang tanggung jawab Ia bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-anggotannya yang dilakukan atas nama kelompok. k) Sebagai pencipta/memiliki cita-cita Seorang pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsepsi yang baik dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju rah yang telah dicita-citakan. l) Bertindak sebagai seorang ayah Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anak-anaknya. m) Sebagai “kambing hitam” Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya merupakan tempat melemparkan kesalahan/keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu dia harus pula mau dan berani turut bertanggung jawab tentang kesalahan orang lain/anggota kelompoknya. Daftar Pustaka Ngalim Purwanto, M., 2006, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sutarto, 1986, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.